Pintu Perpustakaan STAIS Disegel Mahasiswa |
STAI Sangatta,- Civitas kampus tiba-tiba dikagetkan dengan peristiwa
penyegelan perpustakaan Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Sangatta oleh
mahasiswa pada Kamis, (24/09). Pada gambar
penyegelan yang banyak beredar di group whatshap civitas kampus, mahasiswa
menyebut “perpustakaan layaknya rumah hantu”. Kendati tidak diketahui siapa mahasiswa
dibalik aksi tersebut, kuat dugaan penyegelan adalah bentuk kekecewaan atas pelayanan perpustakaan yang
dialami sebagian besar mahasiswa.
Menanggapi peristiwa tersebut, Kepala
Perpustakaan STAIS mengakui pelayanan yang diberikan perpustakaan yang masih
kurang, sehingga ada ekspresi kekecewaan. Namun Perpus berdalih siap menerima
kritik dan masukan secara langsung.
“Nah ini ada masalah penyegelan itu
mungkin ada mahasiswa yang kecewa pas kesitu tutup atau bagaimana. Kalau
standar pengelolaannya ya sudah standar. Mungkin dari segi pelayanan itu yang
jadi problem. Mungkin dengan masukan-masukan seperti ini kita akan meningkatkan
layanan, cuma sedikit yang saya kecewakan kenapa tidak langsung bertemu (menyampaikan
kritik)”, ujar Agus Sulistio, Kaperpus STAIS.
Disisi lain Ketua STAI Sangatta beraggapan
bahwa sah-sah saja jika mahasiswa mengekspresikan keresahannya, meskipun Ia meminta
agar semuanya dikomunikasikan. Menurutnya pelayanan yang tersendat diperpustakaan
adalah akibat dari Covid-19.
“Ndak papa, itu kan ekspresi
mereka. Harusnya bicara dulu kekurangannya apa, kan dibicarakan dulu baru
diambil solusi. Memang sih kalau kita ada perpustakaan tapi ini Covid-19 kan
semuanya daring”, ujar Taufik Hidayat menanggapi aksi segel mahasiswa.
Namun, Ia juga mendorong perbaikan
pelayanan pada perpustaakaan. Penyegelan oleh mahasiswa adalah pelajaran bagi civitas
akademik. Bahkan, sehari setelah peristiwa penyegelan, jajaran pimpinan
langsung mengadakan rapat pembahasan mengenai perpustakaan.
“Pelayanan ini yang harus
diperbaiki. Jadi semuanya harus ada pembicaraan yang bagus. Tapi karena itu
sudah terjadi, itu pembelajaran buat kita semua”, tambah Ketua STAIS.
Kenyataan bahwa sebelum masa Covid-19
dan pemberlakuan kuliah daring, pelayanan perpustakaan sudah bermasalah perlu
disadari pengelola dan pimpinan kampus. Jadwal operasional yang tidak menentu,
sampai pada pemberlakuan denda telat adalah problem yang sering dialami
mahasiswa. Padahal telatnya pengembalian buku, bisa saja akibat tutupnya pelayan
perpustakaan. Tidak jarang mahasiswa harus gigit jari karena tidak mendapatkan pelayanan
yang diinginkan setelah mendapati perpustakaan tutup ketika sangat membutuhkan
referensi untuk pembuatan makalah dan tugas lainnya.
“Dibagian jam operasional suka
ngaret gitu bukanya. Soalnya biasanya perpus itu bukanya jam 9, nah kadang
bukanya malah ngaret satu sampai dua jam. Terus juga bukanya kadang cuma
sebentar aja, dan itupun kadang kalo misalnya kita ke perpus, kita harus telpon
dulu nih yang pengurus perpusnya. Terus juga kadang perpustakaannya itu malah
tutup cepat, jadi kita nggak tau kalau perpus ini tutup atau enggak”, ujar mahasiswa
jurusan Syariah yang enggan disebutkan namanya, menanggapi pelayanan perpustakaan
yang berujung pada penyegelan.
Langkah penyegelan perpustakaan ini,
mendapatkan dukungan dari BEM STAIS. Menurut BEM, penyegelan tersebut perlu
dilakukan untuk memperingatkan pengelola dan pimpinan kampus untuk memperbaiki
pelayanannya.
“Disegelnya perpustakaan kampus memang
perlu dilakukan sebab aktivitas atau kinerja mulai dari kepala perpustakaan
hingga staf-stafnya itu tidak efektif
dan efisien dalam menjalankan tugas. Jadi jika ada langkah-langkah yang diambil
mahasiswa baik itu berupa peringatan, surat kaleng atau contohnya ialah
penyegelan perpus yang mengatasnamakan mahasiswa, BEM sangat mendukung”, terang
Aldayr selaku Presiden BEM STAIS.
“Perpustakaan contohnya jarang
buka, kemudian tidak pernah on time atau sesuai dengan jadwal
perpustakaan Jadi seakan-akan
perpustakaan itu tidak ada disaat orang membutuhkan ingin mencari literasi,
ingin membaca, perpustakaan itu tutup. Nah, sebaliknya diwaktu-waktu tertentu
perpustakaan itu buka. Selanjutnya aksi penyegelan ini akan di follow up
dan ditindaklanjuti oleh BEM insyaallah kita akan membuat undangan untuk hearing”,tambah
Aldayr.
Setelah peristiwa penyegelan tersebut, pihak perpustakaan diharapkan mulai berbenah, khususnya dari segi pelayanan yang diberikan kepada mahasiswa STAI Sangatta, mengingat perpustakaan adalah tempat bersarangnya ruh keilmuan di kampus. Jika tidak ada perubahan, sangat mungkin mahasiswa akan melakukan aksi-aksi protes dalam bentuk yang tidak terduga. (Alf)
0 Komentar