Muak Diperas, Puluhan Mahasiswa Demo Oknum Dosen



GazeboNews - Hiruk pikuk wacana merajalelanya kapitalisasi dunia pendidikan ternyata bukan hanya sekedar kata-kata. Praktek-praktek kapitalisasi tersebut kini dinilai telah merambat sampai pada dunia perguruan tinggi. Demikian halnya yang terjadi di STAI Sangatta Kutai Timur.

Sebanyak 30-an Mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa STAI Sangatta yang terdiri dari BEM, HMJ Tarbiyah, HMJ Syariah dan Mahasiswa MPI menggelar aksi Demonstrasi bertajuk kelas bebas di area kampus STAIS pada Senin (10/4/2017). Aksi tersebut ditenggarai adanya oknum dosen yang memeras mahasiswa dengan mewajibkan membeli buku yang dijual lansung dengan harga tidak wajar oleh dosen yang bersangkutan.

Mahasiswa dalam orasinya menyuarakan bahwa Mahasiswa bukanlah sapi perah yang seenaknya di eksploitasi secara finansial oleh siapapun dan tidak etis dilakukan didunia perguruan tinggi. “ Kami menolak ada praktek pemerasan dengan dalih apapun. Mahasiswa bukan sapi perah, apalagi sudah ada surat edaran Ketua STAIS yang melarang mengambil pungutan kepada mahasiswa”, Tutur salah seorang orator.

Lebih jauh, Irwansyah selaku ketua HMJ Tarbiyah menyatakan bahwa kritik mereka tertuju pada dosen berinisial “IW”. Selain mewajibkan mahasiswa membeli buku tersebut, mahasiswa juga mengkritisi perihal buku yang diperjual belikan. “Bukunya juga merupakan terbitan tahun 1994 dan 2006. Itu buku bukan updetan terbaru, lagian bukunya juga merupakan hasil fotocopyan yang dijual dengan harga tidak layak yakni Rp 120.000/mahasiswa”.

Senada dengan penyataan diatas,salah seorang Mahasiswa MPI menyatakan bahwa mereka diharuskan membeli buku tersebut kepada dosen yang bersangkutan, tidak boleh mencari sendiri apalagi menggandakan milik teman yang lain. “ Kita dilarang fotocopy punya teman, harus beli sama beliau (IW) dengan harga yang beliau tetapkan”, Tutur Arisandi selaku Mahasiswa MPI.

Sejauh ini, perwakilan mahasiswa telah menemui pihak jurusan untuk menyampaikan apa yang menjadi keresahan dan tuntutan mahasiswa. Pihak BEM mengaku bahwa tuntutan secara tertulis disertai bukti penguat telah diminta pihak Jurusan Tarbiyah untuk dipertimbangkan. “Tadi kita sudah audiensi sama pihak jurusan, tuntutan dan barang bukti diminta disetor besok. Pastinya kami tidak akan diam apabila ada oknum yang ingin menjadikan kampus kita tercinta sebagai pasar untuk meraup keuntungan pribadi”, tutur Hajrah selaku Wakil Presiden BEM yang baru terpilih beberapa pekan yang lalu.

Hajrah menambahkan, bahwa unsur mahasiswa akan solid untuk melakukan penentangan terhadap berbagai praktek kapitalisasi dikampus, hal ini terlihat dengan sinergitas bebebrapa organisasi kampus turut ikut dalam akasi penolakan. “Ketua HMJ Syariah, Saudara Muhammad Nur pun ikut turun, padahal beda jurusan , demikian juga ketua HMJ Tarbiyah, semuanya dilakukan demi menjaga marwah kampus agar tetap jadi arena pendidikan, bukan arena perdagangan”, pungkasnya. (TP)

Posting Komentar

3 Komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. bukannya apa, kalian loh kuliah sudah gratis mungkin hanya pendaftaran saja yang bayar, mestinya kaliah sudah bersyukur, masih banyak orang di luar sana tidak sama seperti kalian nasibnya. Saya saja kuliah bayar persemesternya kurang lebih 4jutaan dan belum termasuk biaya transportasi sangatta - samarinda, biaya kost perbulannya 800ribu dan belum yang lainnya. Saya juga pernah beli diktat ( buku ) dalam bentuk fotocopy yang harganya 350ribu, yah saya fine fine aja, selama itu dalam artian menuntut ilmu. Di sini saya tidak bermaksud dalam artian ajang pamer atau apa. Disini saya hanya sebatas memberi tahu kalian, kita ini sebenernya satu nasib, di mana mana memang ilmu itu mahal dan gak ada yang gratis. Jadi pikirkanlah dengan matang lagi :)

    BalasHapus
  3. Valky Rie, tolong jelaskan makna gratis yang anda maksud?
    Trus jika memang mahasiswa ini kuliahnya gratis, apakah Hal tersebut cukup untuk membiarkan mahasiswa diam sedang Ada orang yg melakukan pemerasan? Trus atas nama ilmu pengetahuan apa yang membiarkan kampusnya dijadikan ruang ekploitasi?
    Ah, untuk apa kuliah Mahal tapi idealisme digadaikan.. Mending kuliah gratis, tapi bisa membedakan mana yang harus di bela dan mana yang harus dilawan

    BalasHapus