Oleh : Jamalia
(Mahasiswa Prodi Ekonomi Syariah STAIS Ang. 2019)
Semenjak wabah corona merebak di Indonesia, pemerintah mulai menggalakkan beberapa tindakan preventif untuk mencegah penyebaran virus tersebut. Salah satu diantaranya adalah mewajibkan setiap orang untuk menggunakan masker jika sedang bepergian atau keluar rumah. Masyarakatpun berbondong-bondong membeli masker dalam jumlah besar, yang berakibat terjadinya kelangkaan.
Kelangkaan ini bukan hanya akibat dari tingginya permintaan pasar, tetapi banyak dimanfaatkan oleh pihak oknum untuk meraih keuntungan dengan cara menimbun masker dan menjual kembali dengan harga yang jauh lebih mahal. Salah satun yang berhasil diungkap adalah kasus penimbunan masker di Semarang. Pada Selasa, 3 Maret 2020 lalu, polisi menangkap dua pelaku penimbunan masker di Semarang. Dari kedua pelaku tersebut, polisi menyita 8 boks masker. Bukan hanya satu, tapi ada beberapa kasus di Tanah Air ini. Wajar saja masker kini menjadi barang langka di Indonesia.
Dampak covid-19 memaksa masyarakat untuk menjaga kesehatan dengan memakai masker. Dilain pihak, masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah kebawah, harus berpikir panjang untuk membeli masker yang harganya melambung tinggi. Seorang supir Gojek yang tinggal di Jakarta bahkan dikabari oleh konsumennya untuk membatalkan pesanan masker dikarenakan terlalu mahal. Penjual lain yang bernama Fajri (20 tahun) mengaku mengalami kejadian serupa. Ia kesulitan memperoleh pasokan masker karena distributor menaikkan harga sangat tinggi. Tadinya, masker yang seharga Rp. 18-20 ribu melonjak menjadi Rp. 200 ribu setelah dunia dilanda Covid 19.
Dari sinilah para penjahit mulai mencoba meringankan beban masyarakat dengan membuat masker sendiri, hingga dibagikan secara gratis. Saat ini kelangkaan masker sudah dapat diatasi karena peran UMKM yang berprofesi sebagai penjahit. Beberapa program yang telah dijalankan seperti #100JutaMaskerChallenge, Gerakan 1000 Masker, dll membuat masyarakat sedikit demi sedikit terbantu dan akhirnya harga masker mulai membaik. Banyak toko kini menormalkan kembali harga masker.
Para penjahit mengambil langkah besar dan sangat berperan dalam pencegahan Covid 19. Mereka melakukannya tanpa pamrih, benar-benar hanya ingin membantu. Sebagai masyarakat yang baik, kita harus mengapresiasi perjuangan mereka. Apresiasi yang paling sederhana misalnya memakai masker buatan mereka sebagai bentuk dukungan terhadap UMKM dan tetap mematuhi protokol kesehatan
Selain itu, secara etik pemerintah harus turut andil dalam mengapresiasi kinerja kelompok UMKM ini. Pemerintah dapat mengapresiasi kinerja mereka dangan memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi masing-masing para pelaku UMKM, salah satunya penjahit. Untuk menunjang sarana dan prasarana kegiatan usaha yang dilakukan selama masa pandemi seperti penyediaan mesin jahit, benang, jarum dan penunjang lainnya.
Pemerintah menghimbau kepada masyarakat untuk mengunakan masker, terutama masker kain saat melakukan aktivitas sehari-hari. Sehingga para pelaku UMKM dapat terus bergerak di tengah pandemi. Wabah Covid 19 membuat dunia usaha mati suri, begitupun dengan masker. Hal ini membuat anggota UMKM yang berprofesi sebagai penjahit berinisiatif untuk membuat masker dan membantu masyarakat yang belum bisa membeli masker. Hal inilah yang harusnya kita sadari dan apresiasi, begitu pula dengan pemerintah.
0 Komentar