Suara Emas Dari Surau

Suara Emas Dari Surau
(oleh : ChusnaSyamss)

 Adzan Ashar mulai berkumandang….
Seperti biasa, ibu pasti menyuruh Raihan ke surau untuk belajar jadi imam katanya. Karena aku dan kakakku adalah perempuan dan ayah sudah lama tiada meninggalkan kami.
          “Raihan, siap-siap ke surau jangan tunggu di suruh baru berangkat”suara ibu dari dapur. Raihan pun bergegas memakai sarung “iya bu, ini sudah pake sarung tinggal pake kopiah tinggal pake sandal dan tinggal berangkat” cerocosnya. “kebanyakan tinggalnya, sudah ntar keburu iqamah” ibu menimpali. “iya ibuku cantik, Raihan berangkat dulu. Assalamu’alaikum” katanya menggoda. Ku intip ibu yang menjawab salam sambil geleng-geleng kepala. Adikku itu memang menggemaskan dan lucu ibu pun berani ia goda.
          Sholat Ashar telah di laksanakan pengajian sore untuk adik-adik kecil di surau pun mulai terdengar. Ada yang menarik dari perhatianku, lantunan ayat suci yang sangat merdu, suaranya pun khas anak-anak. Setibanya Raihan di rumah. Ku bertanya “suara siapa tadi yang tugas baca Al-Qur’an?” “oh itu, namanya Attar kak. Dia ngaji pake Al-Qur’an braille loh” kata Raihan. Jleb rasanya “berarti Attar tidak bisa melihat?” “iya kak, sudah ya Raihan mau ganti baju dulu”.
          Aku masih termenung mendengar perkataan Raihan tadi, anak sekecil Attar memiliki tekad yang kuat untuk membaca Al-Qur’an dan bisa melantunkannya dengan So Amazing, mulai hari ini tekad bulat untuk belajar mengaji lagi. Sudah kelas 9 SMP masih aja belum lancar dan belum khatam.
          “kakak  mau titip sesuatu untuk Attar? Raihan lihat kakak kagum sama dia” suara Raihan membuyarkan lamunanku. “ehh iya, dia sekelas sama kamu kan?” tanyaku sekenanya. “iya kak, dia teman Raihan dari 1 SD. Keluarganya kurang mampu, makan 3x sehari aja jarang” sahut Raihan. “ya sudah begini saja, kamu ambil jajan kakak dan berapa minuman kaleng di kulkas besok. Tolong berikan semuanya besok pagi saat di sekolah. Sampaikan pada Attar semoga makin semangat lagi ngajinya, dan bilang itung-itung itu salam perkenalan dari kakak” semoga Attar mau menerima harapku. “oke boss, tugas di laksanakan” kata Raihan sambil berlalu.
Raihan melapor padaku, Attar sangat senang mendapat itu semua. Katanya ia janji akan selalu mengaji dan terus berlatih hingga suaranya bisa semerdu syekh Madinah. Aku pun ikut senang mendengarnya, dan mulai hari ini aku harus rajin seperti Attar. Karena aku yang bisa melihat ini pun masih suka malas mengaji dan sulit sekali mengerti hukum bacaan Al-Qur’an. Tetapi Attar yang memiliki keterbatasan saja bisa seindah itu bacaannya.
          Terima kasih Attar, atas suara emasmu yang menyadarkanku sebuah perjuangan yang membuahkan hasil luar biasa apabila kita mengusahakannya dengan luar biasa pula.



Posting Komentar

0 Komentar