Keteladanan
dan Citra Akademik Dosen
Dalam
membangun sebuah organisasi atau institusi tentu bukan hal yang mudah. Namun komitmen
harus tetap terjaga guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam sebuah institusi
biasanya terdapat orang-orang yang dipandang lebih karna kecerdasan dan kepintarannya,
sehingga pantas untuk dijadikan sebagai teladan oleh orang disekitarnya.
Dalam
konteks perguruan tinggi, mahasiswa merupakan ikon yang paling menonjol dan menjadi
pusat perhatian masyarakat karna dianggap sebagai insan intelektual dan memiliki
wawasan keilmuan yang lebih. Namun dalam sebuah lembaga perguruan tinggi mahasiswa
juga membutuh kanteladan, dan tauladan itu tentunya adalah dosen.
Dosen
adalah orang yang dituntut mampu menjalankan perannya sebagai sumber energi perguruan
tinggi, baik itu dari sudut intelektual, emosional dan spiritual. Hal ini dikarenakan
seorang dosen tentu telah melalui proses panjang untuk menunjukkan kepantasannya
menjadi tenaga pengajar professional dengan tingkat keilmiuan dan pendidikannya
yang tinggi. Dosen merupakan tempat dimana civitas akademik menyimpan harapan
agar mampu melahirkan sosok-sosok bermutu dari kalangan mahasiswa, dosen adalah
tempat mahasiswa mengkaji nilai-nilai keilmuan, dosen merupakan titik vital
akademik, dosen menjadi acuan dalam berprilaku bagi mahasiswa khususnya dan bagi
masyarakat pada umumnya. Dosen sebagai simbol dari kehidupan kampus, dengan corak
kebudayaan yang intelek dengan sendirinya akan membedakan dirinya dengan civitas
lainnya. Dosen adalah kelompok lapisan civitas akademik yang dalam jajaran stratifikasi
sosial memiliki kelas khusus.
Lebih
mengesankan lagi jika dosen tersebut bertugas di Perguruan Tinggi dengan latar
agama, khususnya agama Islam. Ini karena Islam merupakan agama yang indah karena
agama ini agama yang berahlak dan membawa kebahagiaan untuk umat manusia.
Sungguh luar biasa mereka yang mendapat kepercayaan untuk menjadi teladan dan tenaga
pengajar di tempat ini. Dengan berbagai faktor di atas telah jelaslah bahwa dosen
adalah manusia biasa yang luar biasa.
Oleh
karna itu tidak salah jika sebuah lembaga perguuruan tinggi memberikan posisi
yang istimewa bagi meteornya ini, kendatipun tidak mengetahui secara detail
latar belakang kehidupan dan tingkah lakunya sehar-hari.
Perguruan
tinggi dipandang sebagai institusi independen, hal itu yang menguatkan pemahaman
kita bahwa subjek didalamnya terisi oleh para intelektual bangsa dan calon-calon
pemimpin masa depan yang mempunyai spesifikasi ilmu masing-masing. Namun lembaga
perguruan tinggi tidak boleh terlena dengan keadaan ini, perguruan tinggi juga harus
memandang segala sesuatu dengan realistis demi kelansungan dan perkembangan
perguruan tinggi itu sendiri, karena tidak menutup kemungkinan makluk seperti dosen
membuat kesalahan seperti halnya manusia pada umumnya, apalagi hal tersebut menyangkut
citra atau nama baik perguruan tinggi itu sendiri.
Ya,
memang dosen istimewa, namun ketika ada pelanggaran maka harus ada ketegasan.
Misal saja dosen tersebut “Tidak Beretika” atau melanggar kode etik kampus, mau
tidak mau demi mejaga citranya perguruan tinggi harus memberikan sanksi, dan sanksi
itu juga harus ideal tergantung penggarannya. Jika pelanggaran tersebut ringan teguran
cukup jadi sanksi, jika pelanggaran itu pelanggaran sedang potong gaji tidak masalah,
dan jika pelanggaran itu tergolong berat, apalagi telah berulang kali maka keluarkan
saja, tidak apa-apa. Hal ini dilakukan demi menjaga citra suci dunia akademik
terlebih perguruan tinggi sebagai laboratium akhir dalam menawakan sumber daya
manusia yang professional yang siap pakai.
Sungguh
disayangkan apabila ada perguruan tinggi yang sungkan atau bahkan takut untuk member
sanksi kepada dosen yang jelas-jelas melakukan tindakan yang tidak etis sebagai
seorang pendidik tingkat atas. Selain berpotensi merusak citra akademik
tentunya juga akan berdampak terhadap output peserta didik atau Mahasiswa.
Mahasiswa akan cenderung skeptis dan pragmatis dalam menghadapi berbagai
problematika kehidupan berbangsa dan bernegara karena mereplika model aksi
dosen yang tidak mendidik dan tetap dibiarkan. Akhirnya citra perguruan tinggi
tidak lagi suci, tidak lagi legitimate, tidak lagi sebagai Moral Force. Silahkan
kita uraikan masing-masing bagaimana model dosen yang “Tidak Beretika” tersebut.
0 Komentar